Sabtu, 19 Maret 2011

Doa doa

Trysandya Mantram



Trysandya Mantram

Berikut tata cara pelaksanaan trysandya puja menurut agama hindu....

Pada umumnya, sebelum melakukan persembahyangan –baik dengan Puja Trisandya maupun Panca Sembah– didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Urutannya sebagai berikut:


1. Duduk dengan tenang. Lakukan Pranayama dan setelah suasananya tenang ucapkan mantram ini:


OM PRASADA STHITI SARIRA SIWA SUCI NIRMALAYA NAMAH SWAHA
Artinya: Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa, hamba-Mu telah duduk tenang, suci, dan tiada noda.


2. Kalau tersedia air bersihkan tangan pakai air. Kalau tidak ada ambil bunga dan gosokkan pada kedua tangan. Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan di atas tangan kiri dan ucapkan mantram:


OM SUDDHA MAM SWAHA

Artinya: Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kanan).

Lalu, posisi tangan dibalik. Kini tangan kiri ditengadahkan di atas tangan kanan dan ucapkan mantram:


OM ATI SUDDHA MAM SWAHA
Artinya: Ya Tuhan, lebih dibersihkan lagi tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kiri).


3. Kalau tersedia air (maksudnya air dari rumah, bukan tirtha), lebih baik berkumur sambil mengucapkan mantram di dalam hati:


OM ANG WAKTRA PARISUDDMAM SWAHA
atau lebih pendek:

OM WAKTRA SUDDHAYA NAMAH

Artinya: Ya, Tuhan sucikanlah mulut hamba.


4. Jika tersedia dupa, peganglah dupa yang sudah dinyalakan itu dengan sikap amusti, yakni tangan dicakupkan, kedua ibujari menjepit pangkal dupa yang ditekan oleh telunjuk tangan kanan, dan ucapkan mantra


OM AM DUPA DIPASTRAYA NAMA SWAHA
Artinya: Ya, Tuhan/Brahma tajamkanlah nyala dupa hamba sehingga sucilah sudah hamba seperti sinar-Mu.


5. Setelah itu lakukanlah puja Trisandya. Jika memuja sendirian dan tidak hafal seluruh puja yang banyaknya enam bait itu, ucapkanlah mantram yang pertama saja (Mantram Gayatri) tetapi diulang sebanyak tiga kali. Mantram di bawah ini memakai ejaan sebenarnya, “v” dibaca mendekati “w”. Garis miring di atas huruf, dibaca lebih panjang. Permulaan mantram Om bisa diucapkan tiga kali, bisa juga sekali sebagaimana teks di bawah ini:

Mantram Trisandhya

OM BHUR BHVAH SVAH

TAT SAVITUR VARENYAM

BHARGO DEVASYA DHIMAHI

DHIYO YO NAH PRACODAYAT


(“Tuhan adalah bhur svah. Kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemuliaan Hyang Widhi, Semoga Ia berikan semangat pikiran kita”)


OM NARAYANA EVEDAM SARVAM

YAD BHUTAM YAC CA BHAVYAM

NISKALANKO NIRAÑJANO NIRVIKALPO

NIRAKHYATAH SUDDO DEVA EKO

NARAYANO NA DVITÌYO’STI KASCIT


(“Ya Tuhan, Narayana adalah semua ini apa yang telah ada dan apa yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa Narayana, Ia hanya satu tidak ada yang kedua”)


OM TVAM SIVAH TVAM MAHADEVAH

ÌSVARAH PARAMESVARAH

BRAHMA VISNUSCA RUDRASCA

PURUSAH PARIKÌRTITAH

(“Ya Tuhan, Engkau dipanggil Siwa, Mahadewa, Iswara, Parameswara, Brahma, Wisnu, Rudra, dan Purusa”)


OM PAPO’HAM PAPAKARMAHAM

PAPATMA PAPASAMBHAVAH

TRAHI MAM PUNDARIKAKSA

SABAHYABHYANTARAH SUCIH


(“Ya Tuhan, hamba ini papa, perbuatan hamba papa, diri hamba ini papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba”)


OM KSAMASVA MAM MAHADEVA

SARVAPRANI HITANKARA

MAM MOCA SARVA PAPEBYAH

PALAYASVA SADA SIVA


(“Ya Tuhan, ampunilah hamba HyangWidhi, yang memberikan keselamatan kepada semua makhluk, bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah hamba oh Hyang Widhi”)


OM KSANTAVYAH KAYIKO DOSAH

KSANTAVYO VACIKO MAMA

KSANTAVYO MANASO DOSAH

TAT PRAMADAT KSAMASVA MAM


(“Ya Tuhan, ampunilah dosa anggota badan hamba, ampunilah dosa hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba”)


OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
(“Ya Tuhan, semoga damai, damai, damai selamanya”)


Setelah selesai memuja Trisandya dilanjutkan Panca Sembah. Kalau tidak melakukan persembahyangan Trisandya (mungkin tadi sudah di rumah) dan langsung memuja dengan Panca Sembah, maka setelah membaca mantram untuk dupa langsung saja menyucikan bunga atau kawangen yang akan dipakai muspa. Ambil bunga atau kawangen itu diangkat di hadapan dada dan ucapkan mantram ini:


OM PUSPA DANTA YA NAMAH SWAHA

Artinya: Ya Tuhan, semoga bunga ini cemerlang dan suci.


Kramaning Sembah (Panca Sembah)
Urutan sembahyang ini sama saja, baik dipimpin oleh pandita atau pemangku, maupun bersembahyang sendirian. Cuma, jika dipimpin pandita yang sudah melakukan dwijati, ada kemungkinan mantramnya lebih panjang. Kalau hafal bisa diikuti, tetapi kalau tidak hafal sebaiknya lakukan mantram-mantram pendek sebagai berikut:


1. Dengan tangan kosong (sembah puyung). Cakupkan tangan kosong dan pusatkan pikiran dan ucapkan mantram ini:


OM ATMA TATTWATMA SUDDHA MAM SWAHA
Artinya: Ya Tuhan, atma atau jiwa dan kebenaran, bersihkanlah hamba.


2. Sembahyang dengan bunga, ditujukan kepada Hyang Widhi dalam wujudNya sebagai Hyang Surya atau Siwa Aditya. Ucapkan mantram:


OM ADITYASYA PARAM JYOTI

RAKTA TEJO NAMO’STUTE

SWETA PANKAJA MADHYASTHA

BHASKARAYA NAMO’STUTE

Artinya: Ya Tuhan, Sinar Hyang Surya Yang Maha Hebat. Engkau bersinar merah, hamba memuja Engkau. Hyang Surya yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba memuja Engkau yang menciptakan sinar matahari berkilauan.


3. Sembahyang dengan kawangen. Bila tidak ada, yang dipakai adalah bunga. Sembahyang ini ditujukan kepada Istadewata pada hari dan tempat persembahyangan itu. Istadewata ini adalah Dewata yang diinginkan kehadiranNya pada waktu memuja. Istadewata adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai wujudNya. Jadi mantramnya bisa berbeda-beda tergantung di mana dan kapan bersembahyang. Mantram di bawah ini adalah mantram umum yang biasanya dipakai saat Purnama atau Tilem atau di Pura Kahyangan Jagat:


OM NAMA DEWA ADHISTHANAYA

SARWA WYAPI WAI SIWAYA

PADMASANA EKA PRATISTHAYA

ARDHANARESWARYAI NAMO NAMAH


Artinya: Ya Tuhan, kepada dewata yang bersemayam pada tempat yang luhur, kepada Hyang Siwa yang berada di mana-mana, kepada dewata yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai di suatu tempat, kepada Ardhanaresvari hamba memuja.


4. Sembahyang dengan bunga atau kawangen untuk memohon waranugraha. Usai mengucapkan mantram, ada yang memperlakukan bunga itu langsung sebagai wara-nugraha, jadi tidak “dilentikkan/dipersembahkan” tetapi dibungakan di kepala (wanita) atau di atas kuping kanan (laki-laki). Mantramnya adalah:


OM ANUGRAHA MANOHARAM

DEWA DATTA NUGRAHAKA

ARCANAM SARWA PUJANAM

NAMAH SARWA NUGRAHAKA

DEWA-DEWI MAHASIDDHI

YAJÑANYA NIRMALATMAKA

LAKSMI SIDDHISÇA DIRGHAYUH

NIRWIGHNA SUKHA WRDDISCA


Artinya: Ya Tuhan, Engkau yang menarik hati pemberi anugrah, anugrah pemberian Dewata, pujaan segala pujaan, hamba memujaMu sebagai pemberi segala anugrah. Kemahasiddhian pada Dewa dan Dewi berwujud jadnya suci, kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan, kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani.


5. Sembahyang dengan cakupan tangan kosong, persis seperti yang pertama. Cuma sekarang ini sebagai penutup. Usai mengucapkan mantram, tangan berangsur-angsur diturunkan sambil melemaskan badan dan pikiran. Mantramnya:


OM DEWA SUKSMA PARAMA CINTYAYA NAMA SWAHA.

OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM


Artinya: Ya Tuhan, hamba memuja Engkau Dewata yang tidak terpikirkan, maha tinggi dan maha gaib. Ya Tuhan, anugerahkan kepada hamba kedamaian, damai, damai, Ya Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar